PENGUNJUNG

Diberdayakan oleh Blogger.

PENCARIAN

RSS

resensi kesaksian seorang dokter

Kisah nyata, kesaksian seorang Dokter
Judul                     :Kesaksian Seorang Dokter
Penulis                  :Khalid bin Abdul Aziz Al- Jupri
Penerbit               :Darus Sunnah Press
Cetakan               :pertama, Oktober 2005
Seorang pemuda berusia tujuhbelas tahun terkena tembakan peluru nyasar, maka kedua orang tuanya segera membawanya ke Rumah Sakit Angkatan Bersenjata di Riyadh. Di dalam perjalanan menuju rumah sakit, pemuda itu memandang wajah ibunya seraya berkata, “wahai ibunda, janganlah engkau bersedih, demi Allah aku dalam keadaan baik, sesungguhnya aku akan meninggal, demi Allah aku mencium semerbak wangi surga”
Setibanya di ruang gawat darurat, seorang dokter berusaha untuk menanganinya, tetapi pemuda itu menolak dia hanya ingin kedua orang tuanya barada di sisinya, pemuda itu menyampaikan selamat tinggal kepada keduanya untuk selamanya, dengan melantukan syahadat, ia meninggal dunia dalam keadaan jari telunjuk jari kanan menunjuk, sebagaimana orang yang sedang membaca tasyahud dalam sholat.
Saat orang tuanya ditanya mengenai kehidupan pemuda tersebut, mereka menerangkan bahwa almarhum sejak memasuki usia baligh adalah orang yang selalu membangunkan orang tuanya untuk menunaikan sholat subuh, ia sangat tekun sholat malam dan membaca Al-Qur’an dan selalu berjamaah di masjid.
Kisah pemuda tersebut membuka ulasan buku “Kesaksian Seorang Dokter (mensucikn hati melalui kisah-kisah nyata)”karya Kholid bin Abdul Aziz. Buku tersebut bercerita tentang kesaksiannya seorang dokter dalam menghadapi pasien yang sedang menghadapi sakaratul maut. Tanpa menyebutkan nama dalam kisahnya, kholid berharap pembaaca mampu mengambil hikmah yang terkandung dalam kisah yang tertuang dalam bukunya.
Bigitu banyak kisah-kisah nyata dalam buku yang di ceritakan penulis, kisah yang haru dan mengandung banyak hikmah sangat sayang untuk terlewatkan. Saat manusia mampu merenggut nikmatnya mati khusnul khotimah itulah awal bagi mereka merenggut kenikmatan yang hakiki dari Allah SWT. Kebanyakan dari mereka memang sungguh-sungguh dalam beribadah melanggengkan sholat malam, ikhlas serta senantiasa menggantungkan hidupnya pada sang pemberi kehidupan Allah SWT.
Ilustrasi yang dipaparkan oleh penulis, merupakan sebuah tamparan atas realita saat ini dengan sajian bahasa yang simple dan mudah dicerna. Di zaman sekarang manusia jarang ada yang berfikir tentang jembatan menuju akhiran dengan kata lain kematian. Setiap saat senantiasa merasa aman, dengan segudang harapan tuk raih gemerlapnya dunia. Kesunggguhan meraih kesejahteraan dunia sering kali tak diimbangi dengan kesungguhan meraih kebahagiaan akhirat. Sangat ironi memang, mengingat dunia seiisinya hanyalah suatu titipan, harta, jabatan, teman, saudara, ayah, ibu kapan pun Allah bisa mengambilnya.
Manusia cenderung menggantungkan hidupnya pada dunia, hingga saat Allah mengurangi sedikit nikmatnya seolah mereka kehilangan arah. Sehingga dalam hal ini, penulis mencoba mengungkapkan dalam BAB nya yakni, “penyakit Hati”. Dalam bab ini penulis menerangkan penyakit hati adalah pintu segala krusakan, jalan menuju berbagai macam dosa, penyebab utama perpecahan umat dan keretakan rumah tangga.
Satu-satunya obat penyakit hati menurut penulis, yakni taat kepada Allah SWT, dan selalu berdzikir kepada-NYA. Sholat adalah dzikir yang paling utama, selanjutnya membaca Al-Qur’an, membaca tasbih, tahlil, membiasakan dzikir pagi dan sore hari, memperbanyak istigfar dan taubat, berdo’a dan mujahadah.
Penulis mengingatkan bahwa, proses pengobatan ini kadang membutuhkan waktu yang panjang, maka janganlah engkau ragu dan putus asa, yang penting mulailah proses pengobatan yang benar ini, lalu gantungkanlah semua harapan dan tujuan hanya kepada Allah SWT. Lakukan dengan penuh keikhlasan dan kekhusyu’an agar Allah menyembuhkan dari penyakit ini.   
Dalam penutup bukunya penulis mengingatkan, sungguh aneh orang-orang yang menangisi jasad yang telah mati akan tetapi mereka tidak menangisi hati yang mati, padahal matinya hati lebih menyedihkan dari pada matinya jasad.    

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar