Majalah peka Edisi XVII Juli 2011(surat pembaca)
Diposting oleh
LINA FUSHA
|
/
Tradisi Nongkrong
Istilah
nongkrong sangat cocok ditunjukkan untuk orang-orang yang duduk santai sambil
bergurau dengan kawan-kawan. Nampaknya tradisi tersebut sudah membudaya
dikalangan mahasiswa Universitas Muria Kudus (UMK).
Hal ini
ditunjukkan dengan banyaknya mahasiswa UMK yang cenderung menghabiskan waktu
luangnya untuk mengobrol dan duduk santai seperti orang yang sedang tamasya.
Bisa kita
cermati, saat mahasiswa sedang tidak ada kelas atau sedang menunggu kelas
berikutnya mereka cenderung menghabiskan
waktunya untuk nongkrong. Jarang dari mereka yang mempergunakan fasilitas
berharga seprti, perpustakaan dan hotspot area sebagai alat penunjang tuk
menggali ilmu pengetahuan.
Kebanyakan
dari mereka mendatangi perpustakaan hanya ketika mendapat tugas. Bahkan yang
paling ironis ada beberapa dari mereka yang tidak tahu persyaratan menjadi
anggota perpstakaan, dengan kata lain tidak memiliki kartu perpustakaan.
Nongkrong
menjadi sebuah tradisi dikalangan mahasiswa UMK. Pertama, tidak adanya keinginan yang kuat dalam menuntut ilmu, bisa
jadi kuliyah hanya dianggap sebagai sebuah tren, sehingga waktu luangnya
dibuang percuma. Kedua, adanya rasa
malu dan takut dianggap sok pintar jika tidak ikut nongkrong dan memilih
membaca di perpustakaan.
Ketiga, gosip alias ngomongin hal-hal
yang tidak penting seperti, ngomongin kejelekan orang, ngomongin cewek cantik
bagi cowok, ngomongin cowok ganteng bagi cewek, ngomongin fasion, dan hal
lainnya yang mendukung keinginan nongkrong semakin besar.
Adanya
kesadaran bahwa waktu itu lebih berharga dari pada uang , sedikit demi sedikit
akan membuat mahasiswa UMK mampu meniadakan tradisi nongkrong tersebut.
Selanjutnya,
pandai-pandai memilih teman, carilah teman yang bisa membantu kita menjadi
lebih baik. Terahkir rubah tradisi nongkrong menjadi kumpul bareng dengan
merubah tema gosip menjadi beljar bareng.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar